Minggu 17 Oktober 2010, ada nama agak asing di sisi kiri pertahanan Arema Indonesia. Bagi Aremania yang memperhatikan perjalanan tim Arema hingga level yunior, nama pemain itu tidaklah mengejutkan, maklum dia adalah termasuk generasi emas Arema yang berhasil menjuarai Piala Suratin U18. Dia bersama kompatriotnya hingga sekarang rajin menghuni starting eleven, nama itu adalah Johan Ahmad Alfarizi.
Secara umum, penampilan Farizi ketika debut perdana di Arema sebagai bek kiri cukup tenang. Setidaknya untuk ukuran pemain muda yang baru tampil di kompetisi Indonesia Super League, bek yang juga bisa beroperasi di kanan ini menjalankan tugasnya dengan baik. Bahkan, pemain bernomor punggung 20 ini sesekali membantu serangan hingga ke sektor depan. Di menit ke-13 babak pertama, Alfarizi memiliki peluang cetak gol setelah mendapat umpan dari Pierre Njanka, namun tendangannya masih lemah.
Dilahirkan di Malang 25 Mei 1990, sosok Alfarizi dibesarkan oleh keluarga yang biasa-biasa saja. Dia adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Sebagai sosok rumahan, dia sangat jarang keluar rumah, bahkan ketika kami menemuinya, dia sangat santai dirumahnya.
"Beginilah mas kondisi saya," kata Alfarizi membuka percakapan dengan kami.
"Saya sejak kecil memang suka bola mas sebelum di Arema saya ikut SSB Kitaro di Jatigui sini (Sumberpucung - Malang). Sekitar SMP masuk AMS Kepanjen, baru kemudian saya masuk Akademi Arema," kata Alfarizi bercerita tentang awalnya sebagai pemain Bola.
Dia dibesarkan oleh SSB yang membesarkan nama Aji Santoso di Kepanjen yaitu Argo Manunggal Sawunggaling (AMS) Kepanjen. Dari situ dia belajar banyak bagaimana teknik bermain bola.
Tidak seperti kebanyakan anak Akademi Arema yang datang melalui jalur seleksi. Alfarizi datang ke Arema setelah tim AMS berujicoba melawan akademi Arema.
"Saya masuk ke akademi tidak melalui jalur seleksi, namun waktu itu AMS Kepanjen ada ujicoba dengan Akademi Arema. Saya nggak tau, tiba-tiba saya dipilih oleh Alm. Mas Setyo Budiarto dan diajak untuk masuk Akademi Arema," kenang Alfarizi.
Di akademi dengan asuhan tangan dingin Alm. Setyo Budiarto itu generasi emas Arema terbentuk, nama-nama Sunarto, Dendi Santoso, sudah kerap jadi langganan skuad Arema, tahun lalu ada Firmansyah Aprillianto dan Faris Bagus Dinata.
"Tahun lalu saya sebenarnya sudah masuk skuad senior mas, namun cuma 3 kali saja menjadi pemain yang dilapangan (cadangan) sisanya saya bermain bersama anak-anak Arema Yunior di ISL U21," lanjutnya.
Sejak yunior posisi Alfarizi adalah bek, dia kerap dipindah dari kiri kanan. "Kemampuan saya di kiri dan di kanan sama saja mas. Akan tetapi kaki saya suka menendang dengan bagian kiri. Pengalaman lucu ketika ditanya oleh Miro, 'posisi kamu apa Alfarizi?' lha karena saya ingin main terus saya jawab aja bek kiri dan kanan bisa"
Jawaban itu tentu saja sangat menyenangkan Miro di kemudian hari, sebagai pelatih modern, dia sangat suka pemain dengan multitalenta, dan bisa bermain di segala posisi, sehingga ketika Alfarizi mengatakan posisi kiri dan kanan sama baiknya, Miro dengan serta merta langsung mencoba dia di berbagai posisi bek ketika Arema melakukan ujicoba.
"Metode latihan Miro adalah fisik mas, sangat bagus namun kadang juga mencapekkan. Meskipun demikian, kesukaan Miro sama setipe dengan Robert yaitu dia tidak canggung memainkan anak muda dan memberikan kepercayaan. Bagi kami kepercayaan itu sangat penting untuk kelanjutan karir mas," lanjut Alfarizi mengomentari metode latihan yang digunakan Miro
"Kalau Arema dilatih Robert bisa-bisa saya tidak dimainkan mas," kata dia membandingkan Miro dengan Robert.
"Menjadi bagian dari Arema dengan kondisi dukungan luar biasa dari Aremania merupakan kebanggaan tersendiri bagi kami mas. Meski awalnya sempat minder dengan pemain senior, namun mereka sangat baik dalam memberikan motovasi kepada generasi muda untuk berkembang," lanjut dia.
Alfarizi menambahkan jika pemain yang kerap memberikan motivasi adalah sang kapten Noh Alamshah, dulu ada sosok yang bernama Njanka, namun sekarang Alamshah adalah panutan bagi anak muda di Arema. Selain dia ada Joko Susilo, dia yang asli Malang sangat mengerti karakter anak muda Malang, sehingga jika ada kesalahan orang yang memberikan teguran dan membenarkan adalah Joko Susilo.
"Alamshah kerap memberikan motivasi mas, selain itu juga Alamshah adalah idola saya. Jika kita dimarahi oleh pelatih, Alamshah membela kita mas," ungkap Alfarizi.
Meski kerap menjadi pemain inti atau pengganti, Alfarizi menilai dirinya masih memiliki beberapa kelemahan yang akan diperbaikinya. "Saya kerap ditegur pelatih karena kerap grusa grusu dalam merebut bola, saya ingin seperti Zulkifli yang sangat santai dan enak dalam merebut dan maju kedepan."
Alfarizi punya harapan dalam beberapa tahun kedepan. "Harapan saya adalah bisa bermain di posisi inti Arema, sehingga saya bisa masuk timnas Indonesia."
Pengalaman masuk ke timnas Olimpiade adalah kebanggaan Alfarizi, meski dia tidak lolos ke Seleksi Sea Games, namun dia cukup berbesar hati, sebab berkumpul dengan anak-anak terbaik seusianya di Indonesia adalah kebanggaan yang tiada terkira.
"Meski saya tersisih dari Timnas Indonesia U23, namun suatu saat posisi di bek ada nama saya di starting line up. Terus berusaha untuk mewujudkan impian itu."
"Target sekarang adalah berlatih dengan keras dan memanfaatkan kesempatan bermain dengan sebaik-baiknya," ujar Alfarizi menutup perbincangan.
(original-post:http://wearemania.net/dari-dekat-johan-ahmad-alfarizi)
Diposkan oleh AREMA_KITA : 08 July 2011