Kini masalah yang ada tinggal menyisakan permasalahan dalam tubuh manajemen, dan biarlah itu diselesaikan oleh manajemen kita sebagai Aremania cukuplah urun rembug, dan jangan sampai makin menambah keruwetan yang terjadi.
Musim ini adalah musim ujian bagi Aremania dan Arema Indonesia, musim ini adalah musim dimana karakteristik masing-masing personal akhirnya dibuka oleh Allah. Siapa saja Aremania yang benar-benar loyal kepada Arema Indonesia, yang selalu tanpa kenal lelah mendukung Arema dalam setiap pertandingan, apapun yang terjadi.
Mana saja dalam tubuh manajemen orang-orang yang benar-benar mencintai Arema dan melakukan semuanya demi nama Arema Indonesia, serta siapa-siapa saja yang hanya mencoba mencari keuntungan dari nama besar Arema Indonesia. Semuanya terkuak musim ini, dan musim ini haruslah menjadi musim yang penuh pelajaran bagi semua pihak dalam tubuh Aremania dan Arema Indonesia, sehingga segala kesalahan dan kebodohan yang terjadi musim ini, janganlah sampai terulang lagi di musim-musim yang akan datang, karena saya yakin Aremania dan Arema Indonesia adalah golongan-golongan Ulul Albab, yakni orang-orang pintar dan baik yang mampu mengambil hikmah dari segala sesuatu.
Tapi anehnya, justru musim inilah saya benar-benar bisa merasakan bagaimana sepakbola itu sesungguhnya, benar-benar merasakan bagaimana rasanya mencintai dengan sangat, bagaimana rasanya sakit hati tapi masih bisa mencintai, ibarat orang pacaran, saya sudah diselingkuhi dan perselingkuhan itu saya ketahui, tapi tetap saja saya mencintai pacar saya itu, hanya karena saya mencintai pacar saya itu dengan sepenuh hati dan tidak bersyarat.
Itulah Aremania, sudah berkali dikhianati oleh manajemen musim ini, sudah berkali-kali di bohongi oleh manajemen, tapi Aremania tetap mendukung Arema Indonesia, Aremania tetap mencintai Arema Indonesia, tapi, ada beberapa Aremania yang memang cintanya bersyarat, dan itu wajar dalam urusan percintaan. Tapi, yang perlu kita ingat, dipertandingan terakhirnya, Aremania membuktikan cintanya kepada Arema Indonesia. Cinta itu masih ada, kerinduan masih ada, dan sepinya stadion dalam beberapa pertandingan musim ini, hanyalah karena cinta beberapa Aremania bersyarat.
Syarat-syarat inilah yang harus dipenuhi oleh Arema Indonesia musim depan, tujuannya jelas, agar bisa memenuhi syarat cinta beberapa Aremania, dan tujuannya, penuhnya Stadion Kanjuruhan, melimpahnya dukungan pada Singo-Singo Edan, dan tentu saja, stadion Kanjuruhan pada akhirnya akan penuh dengan cinta. Bagaimana memenuhi syarat cinta itu, salah satunya adalah manajemen haruslah berbenah, jadi lebih jujur, jadi lebih bertanggung jawab, transparan, dan mengelola Arema Indonesia dengan sepenuh hati, jiwa dan raganya.
Secara team, permainan haruslah lebih cantik, tidak hanya cantik, tapi juga harus menghasilkan kemenangan, dan di akhir musim, haruslah menghasilkan gelar juara. Peringkat dua atau bahkan dibawahnya, ini bukanlah target yang pantas bagi Arema Indonesia, juara itulah posisi yang pantas untuk Arema Indonesia, lagipula, seperti apa yang Jose Mourinho katakan “Dunia hanya mengenal sang juara, Nomor dua adalah pecundang” meskipun dalam sisi lain, Cak Nun menyatakan esensi juara itu tidak ada, tapi tetap saja saya yakin semua Aremania menginginkan gelar juara. Lihat musim ini, dengan kondisi intern yang sangat buruk, kita masih bisa duduk sebagai runner-up, apalagi, apabila kondisi musim depan lebih baik, maka gelar juara bukanlah lagi sebuah keniscayaan.
Itulah dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh Arema Indonesia jika ingin memenuhi syarat cinta Aremania. Memang seharusnya cinta itu tidak bersyarat, tapi dalam realita yang ada, cinta itu memang seringkali bersyarat, inilah kodrat yang telah digariskan oleh Tuhan, dan suka tidak suka haruslah kita terima dengan lapang dada.
Tidak perlulah, kita menyesali apa yang terjadi musim ini, kekalahan kita dari Persipura dalam perburuan gelar juara musim ini adalah sesuatu yang layak kita jadikan pelajaran, karena pada hakekatnya, kekalahan, kegagalan, adalah setinggi-tingginya ilmu pengetahuan, untuk mengalami kemenangan, kita tidak memerlukan persiapan mental sebanyak dan seberat daripada mengalami kekalahan. Ketika menang, kita hanya tinggal bergembira dan berpesta, sementara untuk kekalahan, kita harus menyiapkan diri untuk menerima hinaan, cacian, dan hal-hal lain yang menyakitkan hati.
Cerita tentang seorang Liverpudlian yang bunuh diri ketika Liverpool kalah 3-0 di separuh babak pada final Liga Champions Eropa melawan AC Milan, padahal akhirnya Liverpool menjadi juara, menjadi bukti betapa sulitnya menerima kekalahan daripada kemenangan, padahal saat itu Liverpool belum benar-benar dinyatakan kalah.
Bagaimanapula pemain timnas Kolombia, Escobar, meninggal ditembak fans Kolombia, setelah dia mencetak gol bunuh diri, dan membuat Kolombia pulang dari Piala Dunia. Banyak orang lemah yang hanya bisa percaya diri hidupnya kalau ia punya kekayaan. Begitu ia miskin, hancur hatinya. Sementara ada puluhan juta orang kuat yang meskipun hidupnya miskin tetap bisa bahagia dan ceria.
Demikianlah banyak orang-orang lemah yang untuk bisa hidup ia membutuhkan jabatan, butuh menyakiti orang lain, butuh mengungguli orang lain, butuh menang atas orang lain, butuh menjadi pejabat, butuh menjadi direktur, butuh menjadi sarjana dan doctor. Kalau mereka tak memiliki itu semua, hancur hatinya.
Musim ini, Aremania membuktikan betapa kuatnya mental Singa kita, setelah musim yang membanggakan dan penuh kebahagiaan pada 2009-2010, lalu musim 2010-2011 ini yang penuh dengan kebohongan dan sakit hati, tapi Alhamdulillah sampai saat ini, kita tidak mendengar ada Aremania yang bunuh diri, ataupun pemain yang meninggal karena di bunuh fansnya sendiri, karena gagal meraih gelar juara ini. Yang ada, Aremania dan Arema Indonesia berhasil menduduki peringkat dua di tabel klasemen akhir Indonesia Super League, serta menjadi Juara dalam masing-masing hati Aremania.
Sampai kapanpun Arema adalah Sang Juara bagi Aremania, sampai kapanpun, pemain Arema adalah pahlawan-pahlawan Arema, sampai kapanpun Arema adalah Kebanggaan Bagi Aremania. Bagi para pemain musim ini, janganlah berkecil hati, kalian tetap pahlawan kami, kalian telah bermain dengan seluruh kemampuan, bahkan melebihi batas kemampuan kalian, kalian telah membuktikan bahwa kalian layak bermain mengenakan kostum berlambang Kepala Singa di dada kalian.
Percayalah, musim depan Arema akan lebih baik, jadi bertahanlah di klub yang kami cintai ini, bertahanlah di klub yang juga telah membesarkan sebagian besar nama dari kalian ini, bertahanlah di klub ini, demi kami Aremania yang mencintai klub ini dengan sepenuh hati, jiwa dan juga raga kami. Dan apabila kalian memilih untuk pergi dari klub ini, maka pergilah, terima kasih untuk segala hal yang telah kalian berikan untuk kebanggan kami, tapi maafkanlah, jika kelak kalian kembali ke Kanjuruhan, melawan Arema Indonesia, tidak akan ada puja-puji untuk kalian, yang ada hanyalah hinaan, karena bagi kami, nama di dada lebih penting daripada nama yang ada di punggung.
Karena bagi kami, kejayaan Arema adalah harga mati dan harga diri. Pemain silahkan datang dan pergi, tapi Arema akan tetap ada di hati kami. Meskipun begitu, kami bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih, kalian akan tetap kami hormati sebagai pahlawan-pahlawan kami, kalian akan tetap dihormati, tapi tidak di tempat suci kami, tidak di tempat pemujaan kami, tidak tempat dimana Arema membantai lawan-lawannya, tidak di Stadion manapun Arema bermain.
Akhirnya, terima kasih Ya Allah, untuk musim yang penuh pelajaran ini, terima kasih, telah mengingatkan kami, bahwa tidak selamanya kami akan ada di puncak, selalu ada saat dimana kami akan terlihat seperti orang bodoh, terima kasih masih memberikan kenikmatan kepada kami di tengah kondisi carut marut ini, maafkanlah, bila selama ini kami sering melanggar perintah-Mu demi membela Arema Indonesia, tolong bimbinglah kami, agar dapat melaksanakan perintah-Mu sekaligus tetap membela Arema Indonesia, agar kepentingan dunia dan akhirat kami bisa selaras. (@Trezegulum17)