Diposkan oleh AREMA_KITA : 16 May 2011

Arema Legends - Aji Santoso Wing Back Terbaik Arema

Salam Satu Jiwa

Postur tubuhnya tidak seberapa tinggi tapi pemain ini pada era 90-an merupakan wing back kiri yang handal baik di klub Arema maupun di Timnas Indonesia. Ya dialah Aji Santoso yang pada tahun 1988 tepatnya bulan September memulai karier di klub Arema.

Aji memulai karier di Arema waktu itu klub amatir Aji yakni Gajayana beruji coba dengan Arema. Melihat talenta yang di miliki Aji pelatih Arema waktu itu bung Sinyo Aliando tertarik untuk merekrut Aji. Langsung bung Ovan Tobing dan Sam Ikul menjemput Aji untuk diajak bergabung dengan klub Arema.

AREK MALANG | AREMA INDONESIA FC | AREMANIA | Salam Satu Jiwa | Arema Legends Aji Santoso  Wing Back Terbaik Arema
Aji lahir di Kepanjen, Kabupaten Malang, pada 6 April 41 tahun silam. Ia besar dalam lingkungan keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Sejak kelas 2 sekolah dasar, ia mulai suka bermain sepak bola antarkampung.

Saban hari sepulang sekolah dan sebelum latihan, Aji harus bekerja membungkus kerupuk di sebuah pabrik demi membantu orang tuanya. Dari pabrik kerupuk, Aji kecil jadi tukang pikul di pasar. Ia biasa mengangkut terasi dan ikan asin. Upah yang didapat dipakai buat menambah biaya sekolah.

Dengan nada melankolis, Aji bercerita, “Ketika saya makin serius meniti karier di sepak bola, saya menyadari hikmah dan manfaat menjadi seorang tukang bungkus kerupuk dan tukang panggul di pasar,” kata Aji. “Masa lalu turut membentuk saya seperti sekarang.”

Bakat Aji makin terarah dan terasah di bawah asuhan Winarto, pelatih klub Argo Manunggal Saunggaling (AMS), Kepanjen, selama dua tahun (1985-1986). Dari AMS, Aji diterima di Persema Junior. Uang saku yang diterimanya Rp 10 ribu.

Nama Aji makin dikenal berkat kepiawaiannya sebagai bek kiri. Sinyo Aliandoe pun kepincut dan memboyong Aji ke Arema Malang, klub Galatama yang baru saja dibentuk pada 11 Agustus 1987. Ia resmi jadi pemain profesional dengan bayaran Rp 40 ribu per bulan.

“Saya tak mau pusing soal gaji. Obsesi saya waktu itu main sebagus-bagusnya dan memberikan prestasi terbaik. Kalau bisa prestasi bagus, toh nantinya soal gaji bisa ikut naik.”

Aji benar. Bukan hanya bayarannya yang naik, Aji malah diminta memperkuat tim nasional meski baru delapan bulan membela Arema. Piala Kemerdekaan 1990 merupakan debutnya sebagai pemain tim nasional.

Aji masuk Arema tanpa melalui seleksi dan dia langsung menempati posisi inti untuk bek kiri. Pada tahun 1989 Aji dipanggil masuk timnas senior untuk pertandingan tournament King”s Cup di Thailand. Waktu itu usia Aji 18 tahun. Akhirnya kondisi itu membuat Aji pada 1990 menempati posisi inti di Tim Nasional Indonesia menggeser pemain seniornya Jaya Hartono. Ketika tim Nasional meraih juara Sea Games 1991. Aji merupakan salah satu pemain dan sebagai hadiahnya mereka mendapatkan uang pensiun 50 ribu dan terus naik 100ribu

Yang membanggakan Aji lagi, ia tak pernah duduk sebagai pemain cadangan, baik saat di tim nasional maupun di klub profesional. Ia selalu menjadi pemain utama. Kenangan termanis diperoleh Aji saat berkostum Merah-Putih. Di final Piala Kemerdekaan di Senayan, Jakarta, September 2000, Aji menceploskan satu gol dan menggenapkan skor keunggulan atas Irak menjadi 2-0.

Kenangan pahitnya, pada 1995, ia didemo Aremania gara-gara memutuskan hengkang ke Persebaya, yang notabene musuh bebuyutan Arema. Sekitar 500 Aremania membentangkan spanduk berisi protes, tepat di depan hotel tempat resepsi pernikahannya dihelat.

“Waktu itu saya sampai dicap sebagai pengkhianat. Tapi saya tanggapi dengan dingin. Saya justru berprasangka baik saja bahwa Aremania protes karena mereka mencintai saya.”

Setelah merumput di Persebaya dan PSM, Aji balik ke kandang Singo Edan, julukan Arema. Peruntungan Aji tak moncer. Arema sempat terdegradasi dari divisi utama ke divisi I (2003) serta belum sempat mengantar Arema menjuarai kompetisi divisi I dan kembali ke divisi utama.

Aji bercerita waktu bermain di Arema mulai di mess Tanjung, Wahidin sampai Mega Mendung kebersamaan pemain, pengurus dan supporter waktu itu sangat tinggi, meskipun gaji sering telat pengurus selalu berbicara dengan pemain kondisi tim yang memang waktu itu sangat kekurangan dana, padahal klub Arema tidak ada penyandang dana utama, penghasilan tiket dari penonton waktu itu menjadi senjata utama pemasukan dana buat klub.

Para pemain Arema saat itu selalu berfikir bermain maksimal untuk memberikan hiburan buat penonton yang hadir di stadion dan juga untuk menjual nama pemain agar bisa masuk tim nasional.

Ada cerita menarik ketika Arema mau bertemu dengan klub Kramayudha Tiga Berlian (KTB) waktu itu sayap kanan KTB di tempati oleh Kashartadi yang mempunyai sprint yang sangat cepat. Sebelum bertanding Aji berlatih sendiri di lapangan Rampal yang waktu itu dia di bantu oleh tukang cuci Arema pak Solikin yang saat ini bekerja di Batu. Aji berlatih lari dari tengah lapangan dan memberikan umpan ke gawang terus kembali kebelakang sampai beberapa kali. So ketika dipraktekkan di waktu pertandingan Kashartdi tidak berkutik dan Arema menang melawan Kramayudha.

Ada juga kebanggan bagi Aji waktu dia ditransfer ke Persebaya dengan nilai 50 juta dan mungkin itu pertama transfer pemain dilakukan di Indonesia. Sampai saat ini belum ada pemain belakang yang ditransfer dengan harga yang tinggi.

Aji juga bilang kebersamaan, kekompakan dan rasa memiliki terhadap klub menjadi senjata utama, sehingga tidak akan ada prestasi yang bisa di raih tanpa kebersamaan. Sebagai contoh bagaimana waktu itu Arema bisa menjadi juara Galatama dan runner up piala Liga dengan kondisi klub yang pas-pasan.

Untuk pemain muda Aji juga punya saran agar berlatih yang serius untuk bisa bermain bagus, karena saat ini sepak bola telah menjadi ladang baru untuk mencari uang untuk membantu perekonomian keluarga dan jangan merasa cepat puas dengan prestasi yang di raih serta jangan sombong.

Memulai Karir Pelatih
Dunia kepelatihan adalah hal baru bagi pemain yang pensiun pada usia 34 tahun itu. Saat para penggemarnya bersorak pada Minggu sore, 20 Juni 2004, Aji mengundurkan diri dari Arema. Acara pensiun itu ia diumumkan lewat pengeras suara kepada publik sepak bola Malang, yang memadati Stadion Gajayana, sebelum laga uji coba antara Arema –yang saat itu dibesut Benny Dolo– dan tim nasional asuhan Ivan Venkov Kolev.

Aji diberi kesempatan berpamitan langsung kepada Aremania, penggila Arema, dari tengah lapangan. Tiada kata yang terucap kecuali lambaian tangan sebagai penanda perpisahan. Tempo menyaksikan betapa ia dipuja dan dibanggakan Aremania. Apresiasi yang begitu megah membuat Aji nyaris “nangis” karena terharu.

“Saya sudah mendapatkan kesempatan mendedikasikan kemampuan selama belasan tahun. Saya sedih sekali, terlebih saya belum selesai berjuang bersama Arema untuk kembali ke divisi utama. Tapi saya harus memilih dan memutuskan pensiun,” kata Aji sambil menghela napas panjang.

Tak lama berselang, Aji mengikuti kursus kepelatihan yang diselenggarakan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) selama dua pekan. Sejak itulah dia disodori melatih Akademi Arema selama tiga bulan.

Dan sejak itulah dunia pelatih terbentang di hadapannya. Pada pertengahan 2005, ia dipercaya Peter Withe, pelatih kepala tim nasional, untuk memoles tim nasional U-17 ke kejuaraan ASEAN U-17, yang digelar oleh Federasi Sepak Bola ASEAN di Bangkok, Thailand, 4-19 Juli 2005. Selanjutnya, pada 2006, Aji melatih Persiko mulai Maret hingga Agustus.

“Saya ingin beribadah dengan menekuni profesi pelatih. Dengan cara ini saya masih bisa mencari rezeki yang halal untuk menafkahi istri dan kelima anak saya,” ujar pemain yang memimpikan jadi pelatih sejak tujuh tahun lalu itu.

Pernah Berguru Kepada Pelatih Chelsea, Jose Mourinho
Pengalamannya menjadi pemain selama 19 tahun bagai buku pelajaran yang tak pernah terlupakan. Ia selalu mengajari para pemainnya seperti ia dulu pernah ditempa. Sesekali Aji juga membaca beberapa buku teori sepak bola dan rajin mengikuti perkembangan olahraga nasional dan dunia dari media massa guna menambah pengetahuan dan wawasannya.

Aji bersyukur pernah diajar oleh sejumlah pelatih terbaik di negeri ini. Dari sekian banyak pelatih, Aji mengaku paling banyak menyerap ilmu dan wawasan kepelatihan dari Andi M. Teguh (almarhum), bekas pelatih tim nasional yang juga pernah melatih Arema (1989-1991). Pelatih asing di luar Indonesia yang disukai Aji adalah Jose Mourinho, manajer-pelatih Chelsea.

“Kadang-kadang…,” Aji mengenang, “sampai sekarang saya tak percaya jika karier saya waktu itu bisa melesat cepat. Tapi saya sangat mensyukurinya. Allah telah memberikan ganjaran yang setimpal atas pengorbanan saya pada masa kecil.”

DATA DIRI

Nama : Aji Santoso
TTL : Malang, 6 April 197

Karir Pemain :
1986 - 1987 Argo Manunggal Sawunggaling (AMS) Kepanjen
1987 - Gajayana Malang (1987)
1987 - Persema Jr
1988 – 1995 Arema
1995 – 1998 Persebaya
1999 PSM
2000 Persema
2001 – 2004 Arema

Karir Pelatih :
2003 di Akademi Arema
2004 di Kota baru divisi III sampai naik ke divisi I
2005 – 2006 Metro FC
2007 – 2008 Pon Jatim
2008 – 2009 Persik ½ musim terus Persisam
2009 – 2010 Menangani persebaya 1 x Pertandingan play off
2010 Persema
2011 - ……Persebaya 1927

Prestasi Sebagai Pemain :
Medali perak PON (Jawa Timur/1990)
Medali emas SEA Games Filipina (timnas/1991)
Medali perunggu SEA Games Singapura (timnas/1993)
Juara Galatama (Arema Malang/1993)
Juara Liga Indonesia (Persebaya/1998)
Medali perak SEA Games Jakarta (timnas/1997)
Medali perunggu SEA Games Brunei Darussalam (timnas/1999)
Juara Liga Indonesia (PSM Makassar/2000)


(wearemania.net)

Save and Share bila Berita ini menarik untuk berbagi dengan orang lain :

Tweet This ! Share On Facebook ! Share On Google Buzz ! Add To Del.icio.us ! Share On Digg ! Share On Reddit ! Share On LinkedIn ! Post To Blogger ! Share On StumbleUpon ! Share On Friend Feed ! Share On MySpace ! Share On Yahoo Buzz ! Share On Google Reader ! Google Bookmark ! Send An Email ! Lintas Berita !

ARTIKEL TERKAIT :

 
© 2016 Beranda | Indeks